Dialog Antar Keyakinan Kembali Digelar, Awas Berbahaya!
Dialog Antar Keyakinan Kembali Digelar, Awas Berbahaya! |
Thursday, 06 November 2008 00:18 | ||||
Syabab.Com - Baru-baru ini isu dialog antar agama kembali mencuat. Bahkan sebelumnya, dialog antar keyakinan (interfaith dialogue) ini terus digencarkan. Indonesia merupakan salah satu target mencuatnya isu yang satu ini. Pangeran Charless saat berkunjung ke Indonesia pun menggugah masyarakat Indonesia agar peduli salah satunya dalam dialog-dialog antar keyakinan. Di Vatikan, dialog Islam-Katolik pertama dalam sejarah juga berlangsung dari tanggal 4 - 6 November 2008. Dialog ini diikuti 25 tokoh dari kedua agama, termasuk Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin dari Indonesia. Adapun delegasi Katolik dipimpin langsung oleh Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Poontificial Council for Interreligious Dialogue, Vatikan, dan sejumlah uskup agung, uskup dan cendekiawan Katolik dari berbagai negara. Sementara itu delegasi Islam dipimpin oleh Mufti Bosnia Syaikh Mustafa Ceric diikuti sejumlah ulama dan cendekiawan Muslim dari beberapa negara diantaranya wakil Indonesia, Din Syamsuddin, di mana pada hari terakhir, delegasi Islam ini akan diterima Paus Benediktus XVI. Mencari Kesamaan? Arab Saudi Undang Israel Berdialog Sementara itu pemerintahan Arab Saudi dikabarkan akan mengundang Israel guna menghadiri konferensi internasional untuk agama-agama yang digelar di New York. Dari pihak Israel sendiri, undangan tersebut akan diwakilkan kepada Menteri Luar Negeri Tsevi Levni, bahkan pihaknya menyebut sebagai "momen bersejarah yang tak dapat terlupakan." Mengapa Bukan Berdebat? Untuk kesekian kalinya, negeri kaum Muslim memperbodoh dan menyesatkan diri sendiri dengan mengadakan dialog dengan orang-orang kafir. Seperti biasa, tujuan dari dialog itu untuk mencari kesefahaman atau titik temu di antara agama-agama yang berbeda, khususnya agama samawi. Beberapa kalangan menyebutkan, kejahiliyahan menimpa di kalangan para pemimpin umat Islam dalam kasus ini pemimpin negara Arab sendiri, nampaknya telah makan tuan.
Konsep dialog antar agama dan peradaban ini adalah konsep yang lahir dari pemikiran kufur, karena hal tersebut merupakan seruan untuk "menyamakan" yang bathil dan yang haq, antara deen yang menyimpang dengan deen yang lurus, antara kekufuran dan keimanan, antara kesesatan (dhalalah) dan petunjuk (hidayah), antara agama yang telah dihapuskan dengan agama yang menghapuskan. Dengan kata lain, dialog antar agama ini merupakan upaya kuffar Barat untuk menyamakan antara agama kufur mereka dengan agama Islam. Semestinya para pemimpin negeri Muslim itu berdebat untuk menunjukkan mana argumen yang kuat dan benar dan mana argumen yang lemah dan bathil, bukannya dialog yang diarahkan untuk mencampuradukkan yang hak (kebenaran) dengan yang bathil (salah). "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama [dengan mereka]. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong [mu], hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan [pula] menjadi penolong," (TQS. An-Nisa [4]: 89) Demikianlah kondisi kaum Muslim, saat kewibawaannya telah hilang, terutama setelah Khilafah berhasil dibubarkan. Alih-alih melakukan dakwah dan pembebasan atas negeri-negeri kaum Muslim, yang terjadi malah terseret agenda yang telah dirancang Barat untuk melemahkan umat Islam sendiri. Akhrinya kaum Muslim dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan mereka. Sampai kapan, kewibawaan itu menghilang? [m/syabab.com] |
0 Komentar:
Post a Comment
<< Home